Liburan di Monkey Forest Ubud

Untuk mengisi libur kali ini saya memutuskan untuk berkunjung ke salah satu objek wisata yang berada di Ubud yaitu Monkey Forest Ubud. Kawasan Monkey Forest ini merupakan salah satu kawasan hutan lindung yang ada di Bali yang diperuntukkan untuk monyet. Kami tertarik untuk berwisata ke Monkey Forest Ubud karena kami memang suka dengan wisata yang lebih mengarah ke alam, namun tetap bisa santai berjalan-jalan. Sebenarnya sudah lama kami berencana ingin berwisata di daerah Ubud, namun belum sempat terlaksana karena kami terbentur jadwal kuliah.

Setelah mengantongi cukup banyak informasi mengenai lokasi yang akan kami kunjungi melalui aplikasi Google Map, kami pun berangkat dari Denpasar menuju ke Monkey Forest jam 11 pagi. Butuh waktu sekitar 45 menit sampai 1 jam untuk sampai di Ubud dengan menggunakan kendaraan pribadi. Namun karena kami berangkat terlalu siang, maka kami sempat mengalami sedikit kemacetan di sepanjang perjalanan, namun tak begitu lama.

Sesampainya di dekat lokasi objek wisata Monkey Forest Ubud, kami langsung memarkir kendaraan kami di areal parkir yang telah disediakan. Areal parkir yang tersedia cukup luas, aman dan teduh sehingga pengunjung tidak perlu khawatir dengan keadaan dan keamanan kendaraannya. Tak menunggu lama, saya dan teman saya langsung bergegas untuk membeli tiket masuk. Harga tiket masuk yang ditawarkan untuk wisatawan domestik dewasa adalah sebesar Rp. 40.000 dan untuk anak-anak (2-12th) sebesar Rp.30.000. Sedangkan harga tiket masuk untuk wisatawan asing yaitu sebesar.

Seusai membeli tiket, kami diberikan masing-masing satu buah brosur yang berisikan peta lokasi di dalam Monkey Forest Ubud. Oh ya, sebelum mulai menyusuri areal Monkey Forest, kami diminta oleh petugas untuk menjaga barang-barang yang kami bawa dengan baik seperti menaruh HP atau kaca mata dan dompet di dalam tas, kemudian kami diminta untuk tidak berjalan keluar dari jalan setapak yang disediakan/melewati pagar pembatas, serta diminta untuk tidak terlalu dekat dengan monyet yang mungkin saja sewaktu-waktu berkeliaran di areal yang kami lewati.

Setelah selesai mendengarkan arahan dari petugas, kami pun langsung bergegas untuk menyusuri areal Monkey Forest. 5 menit perjalanan, kami belum menjumpai monyet yang berada di sana, namun kami terhenti di suatu tempat yang terlihat seperti lingkungan tempat suci. Disana, kami menuruni beberapa anak tangga dahulu, kemudian kami berhenti di depan suatu tempat yang terlihat seperti kolam. Menurut saya, disana sangat menarik dan suasananya terasa cukup mistis karena dikelilingi oleh pohon beringin yang besar. Konon, katanya apabila kita melemparkan uang logam/koin ke dalam kolam dengan cara membelakangi kolam tersebut sambil memikirkan kenginginan kita, dan uang logam yang kita lempar tersebut masuk ke dalam kolam (tidak jatuh di pinggir kolam), maka keinginan yang kita pikirkan tadi akan terwujud. Hmmm.. percaya tidak percaya sih, tapi saya dan teman saya tetap mencoba untuk melempar koin ke dalam kolam tersebut, hehehe.

Tak lama kemudian mulai terlihat beberapa monyet yang bergelantungan dan melompat dari satu pohon ke pohon yang lain. Ada juga monyet yang berjalan di sekitar areal yang kami lewati sambil menunggu makanan yang diberikan oleh beberapa pengunjung. Oh ya, apabila pengunjung ingin memberikan makanan kepada monyet, jangan khawatir, karena disini beberapa petugas juga menjual pisang yang bisa diberikan kepada monyet. Harga yang ditawarkan untuk 5-6 buah pisang yaitu sebesar Rp.20.000. Namun para pengunjung harus tetap berhati-hati ketika memberi makanan, jangan sampai monyet tersebut merasa terganggu dan malah menyerang pengunjung.

Semakin siang, areal ini menjadi semakin ramai. Banyak sekali turis asing maupun lokal yang datang untuk berkunjung saat itu. Setelah puas melihat-lihat dan berfoto di areal dekat kolam tersebut, kami melanjutkan perjalanan ke sebuah jembatan yang terbuat dari kayu. Sembari berjalan menyusuri jembatan tersebut, kami beberapa kali berhenti di pinggir jembatan untuk menikmati pemandangan sekitar dan mengabadikan moment tersebut dengan berfoto bersama. Tak lama berselang, kami melihat beberapa monyet yang duduk di pinggir jembatan. Mungkin mereka mengira kami akan memberikan pisang pada mereka. Tak mau kehilangan kesempatan, teman saya pun bermaksud untuk memfoto monyet tersebut. Namun celakanya, karena dia terlalu dekat saat mengambil foto, hampir saja dia terkena cakaran dari monyet itu. Baru saja dia akan memfotonya, monyet tersebut langsung memperlihatkan giginya yang tajam sambil mengarahkan tangannya ke leher teman saya. Sontak saja teman saya merasa kaget dan sangat beruntung karena saat itu teman saya langsung cepat menjauh dari si monyet. Mungkin monyet tersebut merasa terganggu atas perbuatan teman saya. Nah, dari kejadian yang kami alami tersebut, maka saya menyarankan kepada teman-teman yang ingin berkunjung ke Monkey Forest untuk tidak terlalu dekat dengan monyet atau bahkan mencoba untuk menyentuh si monyet karena monyet yang ada di sana bisa saja berubah menjadi sangat agresif dan menyerang pengunjung apabila merasa sangat terganggu.

Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 1 siang, setelah mengalami kejadian tadi, teman saya menjadi sangat berhati-hati dan agak takut jika melihat monyet yang mendekat. Oleh karena itu, saya kembali mengajaknya untuk berjalan-jalan ke tempat yang tidak terlalu banyak terdapat monyet. Kami menuju ke sebuah tempat yang terlihat seperti taman. Disana terdapat sebuah kandang kijang, dan tempat duduk yang membentuk setengah lingkaran yang bertingkat-tingkat layaknya tempat duduk di stadion bola yang sangat mini, namun terbuat dari kayu dan batu. Sepertinya tempat tersebut sering digunakan untuk mengadakan pertunjukkan tari-tarian pada waktu tertentu. Tak lama kemudian kami menuju ke sebuah tempat yang terlihat seperti gallery lukisan. Ada banyak sekali lukisan yang menarik disana. Letaknya tidak jauh dari area jembatan yang kami lalui sebelumnya.

Setelah puas melihat lukisan, kami pun melanjutkan perjalanan menyusuri areal Monkey forest tersebut. Kami terus saja berjalan dan melihat-lihat keadaan sekitar dengan asiknya tanpa melihat peta, dan alhasil, kami pun sempat tersesat ketika akan pulang. Karena kebingungan, kami pun bertanya kepada seorang petugas yang berada di dekat kami dan memintanya untuk menunjukkan kemana arah untuk menuju keluar dari objek wisata. Waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang, kami pun bergegas untuk pulang setelah cukup puas berkeliling. Sungguh pengalaman yang menyenangkan sekaligus menegangkan. Namun ketika hendak keluar dari areal Monkey Forest, kami merasa sangat haus dan kelaparan. Untung saja tak jauh dari jalan tempat kami masuk tadi terdapat banyak sekali restoran maupun cafeteria untuk beristirahat. Tak hanya restoran dan café, tetapi di sekitar objek wisata Monkey Forest juga banyak  terdapat toko yang menjual berbagai macam souvenir khas bali, seperti baju pantai, gelang, tas, dan masih banyak lagi. Jadi, pengunjung tidak perlu khawatir apabila hendak membeli oleh-oleh maupun makanan ketika selesai berkunjung di Monkey Forest.

 

 

 

 

 

Waktu terbaik mengunjungi Ubud Monkey Forest Bali adalah pada pukul 14.00, karena pada waktu itu para kera telah mulai kenyang, sehingga sifat agresif mereka sedikit berkurang, sehingga anda akan lebih nyaman dalam berwisata.